“Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata: “Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini).
Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku.
Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu.
Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku.
Telah hilang kekuasaanku daripadaku.”
(Allah berfirman): “Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya.
Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala.
Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.
Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar.
Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin.
Maka tiada seorang temanpun baginya pada hari ini di sini.
Dan tiada (pula) makanan sedikitpun (baginya) kecuali dari darah dan nanah.
Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa.
[Al Haaqqah 25-37]
Saat mendengar tidak lulus ujian, banyak orang yang sedih dan frustrasi. Ini baru di dunia yang cuma sementara. Bayangkan jika gagal ujian di akhirat di mana itu selama-lamanya. Kegagalan berarti siksa yang paling pedih.
Di antara hikmah ayat Al Qur’an di atas adalah hendaknya kita menghisab diri kita sendiri. Jangan terlalu sibuk menghisab orang lain. Apalagi memata-matai/mengintai-intai kesalahan orang. Yang ditanya Allah dan Malaikat di akhirat nanti itu kita. Bukan orang lain.
Harta dan jabatan juga tidak bermanfaat lagi saat itu. Hendaknya kita manfaatkan untuk akhirat kita sekarang. Menyuruh orang untuk memberi makan orang miskin juga baik. Tentu kita harus melakukan lebih dulu. Apalagi memberi makan orang berbuka puasa pada 10 malam terakhir Ramadhan ini, pahalanya luar biasa. 1000 bulan!
Filed under: Iman Kepada Hari Akhir |
Tinggalkan Balasan